Breaking News

Rabu, 20 April 2016

Putri Zahra dan Boneka Batik

Kisah berlatar belakang kota Batik Pekalongan
Di sebuah kerajaan batik di kabupaten Pekalongan, lahirlah seorang putri yang sangat cantik jelita, parasnya elok, pipinya ranum laksana buah tomat yang kemerahan baru saja di petik dari pohonnya, kelahirannya sudah dinanti-nanti selama bertahun-tahun.
  “Ooooeeee,…. Oooeee,…oooeee…”
“ Gusti permaisuri, lihatlah betapa cantiknya putri  yang telah engkau lahirkan. “ Kata Mbok Emban yang membantu kelahiran Putri Zahra di bantu seorang dukun beranak  yang sangat terkenal, di  Kabupaten Pekalongan.

Berita gembira itupun langsung menyebar keseluruh penjuru Kabupaten, dari pelosok desa sampai kekota, santer terdengar kelahiran seorang putri. Lengkaplah sudah kebahagiaan Baginda raja dan Gusti Permaisuri. Karena anak adalah amanah, dari Yang Maha Kuasa, Anak adalah bunga cinta yang harum semerbak laksana bunga melati, anak adalah buah hati yang terukir dalam sanubari yang  tiada ternilai harganya.

Nama yang indah pun telah disediakan bagi sang putri. Si cantik itu pun diberi nama Putri Ghaida Az Zahra yang artinya putri bunga yang berawan.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, tumbuhlah putri Zahra dengan kepribadian yang berbeda dari teman teman sebayanya,Putri Zahra cenderung jadi anak yang tertutup dan pendiam. Harta yang banyak, mainan yang banyak pun tak membuat hatinya bahagia. Wajahnya selalu murung. Para Emban kerajaan Batik menjadi bingung, karena putri asuhannya tidak ceria seperti anak-anak yang lainnya.
Putri Zahra baru berumur 5 tahun, seharusnya anak seusia Putri Zahra masih senang-senangnya untuk bermain, bermanja-manja dengan ayah dan bundanya, tetapi tidak pada Putri Zahra. Dia lebih suka menghabiskan waktunya  di dalam kamar untuk tidur-tiduran di ranjang. 
Bersambung ...................................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By