Di sebuah kerajaan batik di kabupaten
Pekalongan, lahirlah seorang putri yang sangat cantik jelita, parasnya elok,
pipinya ranum laksana buah tomat yang kemerahan baru saja di petik dari
pohonnya, kelahirannya sudah dinanti-nanti selama bertahun-tahun.
“Ooooeeee,….
Oooeee,…oooeee…”
“ Gusti permaisuri, lihatlah betapa cantiknya
putri yang telah engkau lahirkan. “ Kata
Mbok Emban yang membantu kelahiran Putri Zahra di bantu seorang dukun
beranak yang sangat terkenal, di Kabupaten Pekalongan.
Berita gembira itupun langsung menyebar
keseluruh penjuru Kabupaten, dari pelosok desa sampai kekota, santer terdengar
kelahiran seorang putri. Lengkaplah sudah kebahagiaan Baginda raja dan Gusti
Permaisuri. Karena anak adalah amanah, dari Yang Maha Kuasa, Anak adalah bunga
cinta yang harum semerbak laksana bunga melati, anak adalah buah hati yang
terukir dalam sanubari yang tiada
ternilai harganya.
Nama yang indah pun telah disediakan bagi sang
putri. Si cantik itu pun diberi nama Putri Ghaida Az Zahra yang artinya putri
bunga yang berawan.
Bersambung ...................................
Hari berganti hari, minggu berganti minggu,
bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, tumbuhlah putri Zahra dengan
kepribadian yang berbeda dari teman teman sebayanya,Putri Zahra cenderung jadi
anak yang tertutup dan pendiam. Harta yang banyak, mainan yang banyak pun tak
membuat hatinya bahagia. Wajahnya selalu murung. Para Emban kerajaan Batik
menjadi bingung, karena putri asuhannya tidak ceria seperti anak-anak yang
lainnya.
Putri Zahra baru
berumur 5 tahun, seharusnya anak seusia Putri Zahra masih senang-senangnya
untuk bermain, bermanja-manja dengan ayah dan bundanya, tetapi tidak pada Putri
Zahra. Dia lebih suka menghabiskan waktunya
di dalam kamar untuk tidur-tiduran di ranjang. Bersambung ...................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar